'Madame X': Superhero Generasi Lady Gaga

KWARTETWO.COM :

Jakarta - Lucky Kuswandi tersipu-sipu. Ibunya baru saja memuji Madame-X yang merupakan debut film panjangnya. Kata sang ibu, film ini akan laris. Mereka duduk di meja bundar Crystal Jade, Plaza Senayan untuk makan siang usai pemutaran untuk kalangan terbatas. Bagi seorang sutradara, "laris" tentu sangat diharapkan. Namun, bagi Lucky, ada yang penting sebelum itu: filmnya disukai oleh orang-orang terdekatnya terlebih dahulu.



Dengan "standar" seperti itu, Lucky bekerja dengan hati-hati, dan hasilnya adalah sebuah produksi yang rapi, dan cukup menyegarkan bagi perfilman kita hari-hari ini. Simak saja tagline-nya: tegakkan keadilan, jaga penampilan. Atau, bagi yang sempat melongok trailer-nya, pasti sudah akrab dengan celetukan Amink: membela hak kalian, dengan hak sepatu gue. Jadi begitulah, ini adalah sebuah film parodi superhero dengan Amink sebagai tokoh sentralnya.



Amink berperan sebagai Adam, seorang banci salon di sebuah negeri (atau kota) yang moralistik. Pada suatu malam, Adam merayakan ulangtahunnya di sebuah klab gay bersama teman-teman bancinya (antara lain diperankan Joko Anwar). Sial bagi Adam dan kawan-kawannya, sebuah ormas fundamentalis dan homofobik menyerbu klab itu, menciduk para banci itu dan membawanya pergi dalam sebuah truk.



Dalam perjalanan, pimpinan ormas bernama Bogem itu memperkenalkan diri sebagai Kanjeng Badai (Marcell Siahaan) dan menyatakan akan mengembalikan para banci itu ke jalan yang benar. Sejumlah banci melakukan perlawanan, dan akibatnya fatal. Dengan kejam Kanjeng Badai melempar para pemberontak itu, termasuk Adam. Ada yang tewas seketika, namun Adam selamat karena jatuh di atas mobil bak terbuka. Kelak, setelah melewati serangkaian kejadian, Adam kembali sebagai seorang pahlawan yang siap menuntut balas, dan menegakkan keadilan bagi kaumnya.



Lahir dari rumah produksi Happy Ending Pictures (second line dari Kalyana Shira) yang sebelumnya merilis 'Gara-gara Bola', 'Madame X' agaknya mencoba melanjutkan tradisi humor dewasa dari khasanah homoseksual (gay, lesbian, waria). Namun, di tangan Lucky Kuswandi, segalanya menjadi berbeda. Yang baru di sini: film ini tidak menampilkan banci sebagai sebagai bumbu lawakan, pelengkap penderita, objek tempelen, atau pun bahan ejekan.



Sebaliknya, 'Madame X' dengan totalitasnya yang mengejutkan menampilkan banci sebagai sebuah perspektif yang utuh, subjek yang otonom. Risikonya bukan tidak ada. Bagi kalangan yang tidak begitu akrab dengan budaya banci, barangkali akan sedikit kesulitan dengan idiom-idiom dan lawakan-lawakan yang digunakan, setidaknya pada bagian-bagian tertentu. Namun, dengan menggunakan sosok banci sebagai subjek perlawanan, film ini berhasil menjalankan tugasnya sebagai sebuah parodi: memelesetkan situasi terkini untuk mengkritiknya dengan keras.



Jadi, dengan segala banyolannya, film ini sebenarnya berbicara mengenai isu yang serius. Dan, Lucky punya cara sendiri untuk menyuarakan sikap politiknya, melalui tokoh-tokoh yang berasal dari kaum yang selama ini paling tertolak di masyarakat, dan senantiasa menjadi objek "proyek moral" dari kelompok tertentu yang berkepentingan terhadap kekuasaan. Alur cerita yang digarap oleh Agasyah Karim dan Khalid Kashoogi berjalan dan berkembang dengan baik, enak diikuti, dan menemukan klimaksnya pada sebuah kejutan yang tak terduga dari awal.



Kilas balik pada masa kecil Adam dikemas dengan dramatik dan menyentuh, mengimbangi banyolan-banyolan "norak" dan konyol yang pada beberapa bagian terasa agak berpanjang-panjang dan berlebihan. Amink tampak penuh vitalitas menghidupkan tokoh banci dibandingkan dengan sejumlah penampilan sebelumnya sebagai lelaki biasa misalnya dalam 'Get Married' atau 'Doa yang Mengancam'. Yang agak mengganggu, dia terlalu sering muncul hanya berbikini.



Sarah Sechan dan Shanty sebagai dua di antara tiga istri Kanjeng Badai seperti biasa tampil dengan gaya lawakan khas mereka yang tetap menggelitik. Titi DJ, sang istri yang lain, menghibur kita dengan logat Jawa medoknya. Ria Irawan (berperan sebagai pimpinan grup tari yang menemukan dan menggembleng Adam) yang belakangan ini agak "overacting", dan Fitri Tropika (sebagai salah satu teman Adam) si ratu lebay itu, tampil sangat berbeda di sini. Joko Anwar terlihat cantik dan centil sebagai seorang banci yang sinis dan kritis.



Ilustrasi musik, kostum dan efek komputer di sana-sini bahu-membahu menguatkan film ini sebagai sebuah komedi satir yang parodis. Amink sebagai superhero mengenakan busana ala Lady Gaga dan melenggang di atas skuter matik dengan rambut pirang yang berkibar. Ini adalah pernyataan, sekaligus impian, akan sosok "ratu adil" yang selama ini menjadi mitos bangsa. Bahwa, dia bisa siapa saja, dari kalangan mana saja, termasuk mungkin waria. Sebab, musuh yang dihadapi bisa saja muncul dalam sosok ibu-ibu bersasak yang rebutan tas LV asli yang tidak mempan dibakar api itu. Yang jumlahnya hanya 24 biji di seluruh dunia.



Terimakasih untuk Nia Dinata yang telah dengan jeli menemukan Lucky Kuswandi. Dan, selamat kepada Lucky untuk debut yang menjanjikan ini.